Selasa, 25 Agustus 2009

SOUTH SULAWESI ON TRIP 07 AGUSTUS s.d. ?? (bag.8 Last Day in Makassar)

Rabu, 12 Agustus 2009

Saya bangun kesiangan hari ini. Sial!!, Sebenarnya ingin sekali menyaksikan sunrise disatu titik di pantai Losari, dan akan kembali di tempat yang sama saat matahari akan tenggelam sore nanti. Hanya ingin membuktikan bahwa di pantai ini sunrise dan sunset dapat disaksikan. Rupanya saya keasyikan tidur semalam, mungkin akibat lelah memutari kota Makassar seharian. Perut saya sudah keroncongan minta diisi. Semalam saya tidak sempat makan. Hanya makanan ringan saja sebagai pengganjal perut. Saya mau mencoba jajanan pagi disepanjang pantai Losari, toh masih ada waktu sebelum menjemput dua kawan baru saya, Emmy dan Zais di penginapannya.

Rabu pagi tidak banyak aktivitas disepanjang pantai ini. Hanya sesekali melintas orang yang sedang berolah raga pagi.  Pedagang penjaja makananpun tak cukup banyak yang mangkal. Tetapi saya tertarik dengan sebuah gerobak yang cukup ramai dipadati orang di salah satu sudut pertokoan seberang pantai. Saya mau mencobanya.

Seporsi bubur ayam lengkap dengan telur ayam rebus cukup menggugah selera makan saya. Rasanya khas, tidak seperti bubur ayam kebanyakan. Dengan kerupuk dan emping yang ditempatkan di mangkuk terpisah. Nggak tahu juga, sayanya yang kelaparan karena semalam tidak makan atau memang rasanya yang enak. Tetapi memang banyak orang yang rela antri untuk dapat mencicipinya. Sampai-sampai saya sendiri harus berdiri menunggu giliran dapat bangku kosong. Bangku kosong, waduh kaya judul film... Dan saya perhatikan yang datang makan ke tempat ini mulai dari karyawan, pelajar, dan bahkan pelancong seperti saya dengan membawa anggota keluarga lengkap. Begitu penuhnya dihari kerja, bagaimana dihari libur ya...  

HP saya tiba-tiba berbunyi. Panggilan masuk dari Emmy. Dia dan Zais sudah menunggu saya di hotelnya. Kami janji akan ke Bantimurung jam 9 pagi ini. Saya jalan bergegas menuju penginapan yang jaraknya sekitar 300an meter dari pantai. Tidak banyak waktu untuk packing barang-barang, Check-out hotel dan kembali berjalan kaki menuju hotel dua teman saya yang tidak terlalu jauh lokasinya dari tempat saya menginap. Kami janjian bertemu di depan lobby.

Emmy sudah menunggu di depan hotel.
"Di, ransel kamu dititipin di receptionist hotel aja. Repotlah mau jalan-jalan bawa tas gede. Aku juga titip ransel disitu, sekalian check-out. Sini aku bawa, biar dikira punyaku. kamu tunggu disini aja ya?!"

Salah satu tips backapcker untuk menghemat biaya adalah seperti yang dilakukan oleh Emmy. Rata-rata hotel membatasi waktu Check-out adalah jam 12 siang. Jika ingin bepergian keluar hotel seharian sehingga melewati batas waktu Check-out, dan tidak ingin repot dengan tas bawaan yang dapat mengganggu kenyamanan adalah dengan menitipkan tas/barang bawaan di Receptionist dan dapat diambil setelah kembali ke hotel. Hemat biaya, karena tidak dikenakan Charge. Lebih beruntung kalau penginapan dapat memberikan fasilitas kamar mandi buat bersih-bersih...

Dua jam perjalanan menuju tempat wisata alam Bantimurung setelah 4 kali ganti "pete-pete", sebutan angkutan kota di Makassar. Dari depan hotel di Losari naik pete-pete hingga ke pasar Sentral. Di pasar Sentral kami sempat tersesat. Hmm.. tidak juga, disesatkan lebih tepatnya. Sopir pete-pete yang membawa kami salah menunjukkan jalur pete-pete yang ke terminal Daya. Sempat kehilangan arah sampai saya coba mengingat kembali sewaktu saya datang kesini dari terminal Daya kemarin. Maklumlah pasar, bukan terminal. begitu banyak perempatan dan tiap pete-pete memiliki jalur trayeknya masing-masing. Untungnya saya melihat tempat makan yang saya kunjungi kemarin bersama rifa'i. Tempat berkumpulnya para preman pasar, kawan baru kami ditempat ini. Anehnya, saya bukan merasakan takut berada di daerah ini tetapi malah bergembira karena ditempat inilah pete-pete yang menuju ke terminal Daya melintas.

Begitu sampai terminal Daya, kembali kami harus naik pete-pete melanjutkan perjalanan ke Maros. Melewati jalan yang sama ketika pergi ke Tana Toraja adalah sesuatu yang membosankan. Sudah 6 kali saya bolak-balik melalui jalur terminal Daya-Maros yang terbilang pemandangan yang biasa ini. Mulai dari pertama kali saya datang dari Bandara untuk mengejar bus malam ke Toraja, kembali ke Maros untuk mencari penginapan, ke terminal Daya keesokan paginya dan kembali melewati Maros menuju Toraja. Sepulang dari Toraja menginap di Maros dan besoknya menuju ke kota Makassar.

Namun cerita tentang pengalaman Emmy selama menjadi backpacker sepanjang perjalanan menghilangkan kejenuhan saya. Ternyata saya kalah dengan dia yang sudah menjelajahi sebagian negara di Asia, dan kebanyakan seorang diri. Salut buat backpacker wanita yang satu ini...

Satu kali lagi kami harus naik Pete-pete dari Maros ketika akhirnya tiba juga di tempat wisata air terjun Bantimurung. Dengan hawanya yang cukup sejuk karena berada di pegunungan. Rasa penasaran saya akan keindahan air terjun ini terbayar sudah,  dengan ketinggian yang landai, dan dindingnya yang berulir sehingga memberikan efek riak kecil dari air yang jatuh dari atas. Sekawanan kupu-kupu yang terbang bebas seakan menggoda setiap mata untuk menangkapnya. Disinilah terdapat banyak spesies kupu-kupu, dan bahkan disebut-sebut memiliki koleksi kupu-kupu terlengkap didunia. Hmm.. saya serasa berada di kerajaan kupu-kupu.





~ air terjun bantimurung ~
















~ keramaian pengunjung yang mandi di air terjun ~




~ untuk kenyamanan, hindari hari libur ~



~ just another view ~


~ Emmy sang backpacker sejati ~



~ air terjun - telaga = 1 km ~



~ jalan khusus menyusuri sungai ~

Perjalanan kami lanjutkan dengan menaiki anak tangga yang berada persis di sebelah air terjun. Menelusuri jalan khusus yang sengaja dibuat disepanjang sungai dengan airnya yang berwarna biru kehijauan seakan saya berada didaerah pedalaman hutan belantara. Emmy bilang seperti berada di sungai amazon... perjalanan sekitar 1 km menelusuri sungai ini terasa tidak melelahkan. Apalagi ketika kami sampai di penghujung jalan. Telaga biru terbentang begitu menyejukkan mata dan gua batu yang terletak disebelahnya membuat saya begitu takjub akan karya-Nya, meskipun keindahan Gua Cerme di Gunung Kidul Jogjakarta masih belum tergantikan keelokannya. Gua yang mengalir sungai bawah tanah didalamnya dengan suguhan stalagtit dan stalagmit menakjubkan sepanjang kurang lebih 3 km yang memaksa saya 2 kali datang kembali kesana.




~dilarang mandi disini. Elok namun menghanyutkan~




~telaga biru~



~hidden paradise~


~ gate ~



~ belajar merangkai di penangkaran Ali ~



~ kupu-kupu raja, hampir punah ~



~ beautiful in my hand ~


Sore hari setelah mengambil tas ransel dari hotel, kami sempatkan diri mengantar senja di pantai Losari sembari menikmati lezatnya seporsi es Pallubutung.

Sungguh tidak ada yang lebih sempurna selain berakhir dengan indah ketika sebuah perjuangan berat telah dilewati bukan?


~ mengantar senja (sunset) di pantai losari ~


Kepergian senja sekaligus mengakhiri perjalanan saya selama di Sulawesi Selatan. Sementara Emmy dan Zais akan melanjutkan perjalanannya ke Tana Toraja dengan menumpang bis Litha malam ini.

Saya memutuskan ikut menemani mereka hingga sampai ke pool bis Litha. Masih banyak waktu sebelum melanjutkan perjalanan saya ke Bandara Sultan Hasanuddin untuk kembali ke Jakarta. Saya menyempatkan mandi di toilet umum di areal pool bus yang ramai oleh calon penumpang yang hendak pergi ke berbagai tujuan di Sulawesi. Kurang PeDe rasanya ke bandara dengan bau asem yang melekat di badan setelah seharian berpete-pete ria dan tracking di Bantimurung. Kebersihan dan kenyamanan toilet umun sempat membuat saya mengurungkan niat, namun begitu mencium bau badan saya yang jauh lebih bau dari toilet ini, mau tidak mau saya harus membersihkan diri.

Saatnya berpisah dengan Emmy dan Zais. Kami berjanji suatu saat akan jalan bareng ke suatu tempat yang masih mistery buat kami. Emmy sudah punya rencana akan ke India dan Nepal akhir tahun depan bersama teman backpackernya dari Malaysia. Dia menawari saya untuk bergabung bersamanya. Impian saya bisa sampai ke Himalaya, dan Nepal adalah salah satu akses menuju kesana. Tapi sayang, saya tidak cukup punya uang dan waktu cuti untuk kesana. Sebuah mimpi yang belum bisa saya wujudkan dalam waktu dekat ini.

Semoga suatu saat nanti....


Intenerary (satu orang) hari ke-6 :
Penginapan (AC dan TV) : Rp.100.000,-
Sarapan Bubur Ayam depan pantai : Rp.7.500,-
Angkutan Pete-Pete pp : Rp.28.000,-
Snack dan minuman : Rp. 7.500,-
Tiket Masuk Bantimurung : Rp. 5.000,-
Makan Siang : Rp.5.000,-
Es Palubutung : Rp.6.000,-
Taxi ke Bandara : Rp.50.000,-
Makan Malam Bandara (nasi rawon + aqua botol) : Rp. 15.000,- (harga termurah selama makan di bandara)
Airport Tax : Rp. 30.000,-
Total hari ke-6 : Rp. 254.000,-

2 komentar:

lids mengatakan...

jd homesick bgt..
jd kangen losari..kangen waktu msh tiap hari nongkrong dsna..
salam kenal..aku ikut milist indobackpacer jg..
td iseng2 aj buka blognya krn trtarik dgn postingan south sulawesinya...
sori komennya ga penting..he

lifeofgie mengatakan...

makasih sudah mampir. Salam kenal kembali. Oh.. asli sana ya?!